Nostalgia Di Rumah Oma | Fira Kecil yang Suka Sakit

Halo 2018!

Wah, sudah habis saja kalender 2017. Tidak terasa sama sekali, tahu-tahu bangun sudah berganti tahun (soalnya nggak ikut acara tahun baruan sih). Sepanjang tahun lalu diisi dengan kegiatan yang membuat sibuk namun menyenangkan. Kesibukan kuliah, skripsi dan KKN, juga mulai ikut kegiatan komunitas. Waktu berjalan begitu cepat, tanpa kita dapat menduganya.

Ada satu hal yang beda hari ini, ketika terbangun dirumah oma di Curup. Tidak ada mama. Mama dan abah tadi malam memutuskan untuk lanjut perjalanan ke Kepahyang, buat menemani nyai dan cikni yang hanya berdua saja di rumah. Sedangkan kami, anak-anaknya yang kecanduan wifi (alias fakir kuota) memilih tinggal di rumah oma saja. Karena itu, pagi ini tidak ada mama tapi oma yang membangunkan sholat subuh dan membuatkan sarapan nasi goreng.

Hem, kangen mama.

Karena lagi di rumah oma, disini banyak foto-foto lama pas aku kecil. Dulu aku lahir dirumah ini, rumah oma dan opa. Tapi kemudian kami pindah karena ikut abah yang kerjanya dipindahkan ke kabupaten lain. Baru saat aku umur 5 tahun, aku pindah lagi ke Curup dan sekolah TK disini.

Salah satu foto lama dengan opa dan oma

Kalau ingat masa kecil, aku sering diceritain kalau dulu sering bikin susah. Lahir saja sungsang, pasti berat sekali buat mama melahirkanku dengan persalinan normal. Sudah lahirpun ternyata pemilih sekali. Setelah lepas ASI, tidak mau makan apapun dan minum susu. Cuma suka pisang dan teh. Abah pernah cerita, saat opa mengajakku yang masih bayi jalan-jalan ke lapangan, sering malu karena lihat bayi-bayi lain minum susu dari dotnya dan disuapi makanan seperti nasi, bubur, sayur, dan lain-lain. Nah ini cucu pertamanya doyannya pisang rebus dan teh. Rendah banget seleramu dulu fir, haha.

Selain pemilih makan, aku dulu sering sakit. Umur tiga tahun aku harus dirawat dirumah sakit karena sakit thypoid. Badanku kurus ceking dan suka nangis keras-keras, juga ga suka digendong orang asing. Dirawatnya lama, pun setelah pulang masih sering sakit juga. Nggak kebayang mama dulu bangun malam-malam, kurang tidur, cuma buat mengurusiku. Ga sempat cari kerja, hanya mengurusiku dan Dinda yang baru lahir. Jadi ibu rumah tangga. Sering ditinggal sendiri pula karena abah harus kerja (dulu abah wartawan, jadi ngantornya malam).

Kombinasi yang pas kan, karena susah makan, imunitas tubuhnya rendah. Karena itu mudah kena penyakit infeksi. Seperti demam, radang tenggorokan, batuk pilek, juga typhoid. Kalau anak suhu tubuhnya naik bisa jadi gejala infeksi. Mama zaman now pasti tau obatnya apa. Salah satunya Tempra Syrup.

Kenapa Tempra Syrup? Karena aman di lambung, tidak perlu dikocok (sudah larut 100%), juga dosisnya tepat (tidak menimbulkan over dosis atau kurang dosis). Selain itu juga Tempra sudah dipercaya selama 50 tahun untuk mengobati demam. Untuk anak dibawah 1 tahun cocoknya yang drops supaya tinggal tetes dan nggak tumpah obatnya saat anak rewel. Kalau untuk anak 1-5 tahun, ada Tempra syrup rasa anggur sedangkan untuk anak yang lebih besar (5-12 tahun) ada Tempra Forte dengan rasa jeruk. Pas banget kan untuk anak-anak yang tidak suka minum obat karena pahit, bisa diakali dengan Tempra yang rasanya disukai anak.
Tempra Syrup



Untunglah masa kecil itu sudah terlewati dengan kasih sayang dan perhatian mama yang tercurah ke aku. Sekarang jangan ditanya anaknya sebesar apa, haha. Dan alhamdulillah sejak SMA ga pernah sakit lagi. Makasih ma :D

Aku dan mama
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.