Nongkrong Sore-Sore di Rumoh Atjeh Bengkulu | Me and Mom Time

Nongkrong di Warung Kupi Roemah Atjeh Bengkulu


Halo!

Hari ini mau cerita-cerita tentang tempat nongkrong aku dan mama kemarin pas hujan deras plus petir kencang. Sebenarnya sih mau cari seblak, tapi mengingat kebanyakan tempat seblak jualnya ga ada toko (nongkrong dengan atap langit), akhirnya kami cari tempat yang beratap aja. Kebetulan lagi lewat Jalan Soeprapto jadi tinggal lurus aja ke Jalan Jendral Sudirman. Di daerah ini berderet tempat makan enak, cocok banget kalau mau wisata kuliner malam-malam.

Foto dari lantai 1, cuacanya lagi jelek banget.

WARUNG KUPI RUMOH ATJEH 

Kami sampai di warung kupi Rumoh Atjeh (baca: warung kopi rumah Aceh) sebelum hujan mengguyur kota Bengkulu. Bisa pilih duduk di dalam warung kopi atau teras lantai dasar atau di lantai satu, bentuknya seperti teras kecil beratap dengan 3 meja dan kursi. Spot cantik buat narsisan dan ngobrol lama. Dalam suasana dingin begitu, aku dan mama memesan minuman hangat, jeruk panas dan cappucino hangat. Sebenarnya, disini disediakan kopi aceh yang diracik sendiri. Namun takut kopinya terlalu strong dan mengingat kami berdua punya maag, jadi tidak pesan itu.



Ngemil sore
Saat minuman datang, kami juga disuguhkan piring kecil berisi timpan, cemilan khas Aceh yang manis. Luarnya berwarna hijau dan dalamnya berbahan kelapa, kalau dipegang lunyak dan lengket. Cocok sekali sebagai makanan pembuka. Makanan ini satunya tiga ribu rupiah. Kalau tidak mau tidak usah membayar.

Selagi kami menunggu makanan yang kami pesan, hujan deras turun mengguyur Bengkulu. Aku agak was-was dengan posisi kami di lantai satu yang tidak berdinding pada dua sisi. Hujan akhir-akhir ini kadang disertai angin kencang, jadi tempias air hujan bisa mengenai kami yang duduk di teras. Sebelum mengusulkan pindah, makanan kami datang. Aku memesan mie goreng kepiting sedangkan mama memesan mie kuah biasa. 

Meskipun namanya biasa, tapi mie yang disediakan bukan mie kuah indom*e yang sering dibikin dirumah. Makanan yang disediakan di Rumah Aceh semuanya khas Aceh, jadi kalau kalian lihat di menu (kulampirkan dibawah, buat yang mau coba nongkrong disini) ada pilihan mie, nasi goreng dan martabak khas Aceh. Bumbu Aceh kaya dengan rempah-rempah dan agak pedas dan mie yang bulat padat sangat cocok kombinasinya.


Mie kuah biasa ala rumah Aceh
Baru terpesona dengan mie punya mama (yang harum dan makin menggoda dengan asap yang masih mengepul) aku terkejut lihat mie kusendiri. Biasanya, aku makan Nasi Goreng Tsunami (bener ini namanya tsunami kok ga bohong) yang berisi nasi goreng berantakan penuh dengan daun rempah dan lauk yang diletakkan dimana saja (pura-puranya tsunami). Nasi gorengnya harum dan lauknya (daging, udang dan telur) banyak. Tapi kali ini aku ingin coba mie goreng kepiting, dan bentuknya sangat mengejutkan...


Kaget? Perhatikan bagian bawahnya.. itu ada cangkang kepiting. Pas mie-nya disibak terlihatlah badan kepiting dan capitnya. Ohohoho, kukira kepiting yang dimaksud disini adalah daging kepiting saja, tanpa cangkang, kayak yang banyak dijual di toko. Ini ternyata kepiting asli. Dan bikin senangnya lagi harganya 32k, lumayan murah buat jajan kepiting.

*kalau makan kepiting mesti pake tangan kan ya, gawat ini hilang imej cewek elegan



Mana enak lah makan kepiting tapi dagingnya ga dimakan semua!

Lagi asyik makan, petir menyambar-nyambar seru. Angin kencang dan hujan yang mengiringi tambah membuat keasyikan makan kepiting terganggu. Aku bilang ke mama untuk pindah ke bawah. Benar saja, setelah kami pindah kebawah, pengunjung lainnya yang sebelumnya duduk didekat kami juga ikutan pindah. Keputusan bagus, karena setelah itu ada petir besar yang menyambar. Hiiyyy


Pindah kesini, lebih hangat dan nyaman.

Lanjut makan kepiting, aku melihat-lihat sekeliling. Dapurnya ada di depan, jadi bisa sekalian lihat kokinya memasak. Didalam ada meja kasir dan beberapa set meja dan kursi cocok untuk makan malam atau cuma buat ngobrol aja. Dibelakang ada tempat barista meracik kopi. Kalau mau cuci tangan, harus berjalan kebelakang lagi.

Koki sedang memasak di dapur terbuka


Sambil makan, aku memperhatikan koki mengambil sesuatu dari meja kecil. Ternyata tempat itu bukan meja, tapi display kepiting segar yang sebelumnya jadi tempat kepiting yang kumakan o.o Kepitingnya dipilih kemudian dilepaskan ikatannya lalu dibawa kebelakang untuk diolah. Kepitingnya masih bergerak saat dikeluarkan. Aku merasa sedikit kasihan tapi tetap melanjutkan makan.

Kepiting segar Rumoh Atjeh
Kalau namanya Rumah Aceh, sudah pasti ada identitas Acehnya kan. Nah disini dipajang beberapa foto pahlawan Aceh seperti Cut Muthia, Cut Nyak Dien dan Teuku Umar. Mengenang sejarah Aceh sambil menikmati makanan khas, berasa sedang nonkrong di Aceh.

Foto pahlawan di Rumoh Atjeh.

Akhirnya kepitingnya habis juga. Makanan yang dipesan untuk dibawa pulang juga sudah siap (aku terpaksa membungkus jus jeruk. Saat memesan lupa kalau minuman dengan vitamin C tinggi tidak boleh dikonsumsi bersama makanan laut). Selagi mama membayar, aku memperhatikan menu. Besok kalau kesini lagi aku harus coba martabaknya!

Total yang dikeluarkan tidak begitu mahal untuk ukuran dua orang. Mengingat cita rasa dan kenyamanan yang diberikan, rasanya tidak baik menyandingkan harganya dengan tempat makan malam biasa. Mantap deh.

Menu Khusus Kopi di Rumoh Atjeh

Menu Kopi Aceh

Menu Makanan dan Minuman di Rumoh Atjeh

Menu makanan dan minuman Rumoh Atjeh