Nongkrong di Fesitval Bumi Rafflesia | Cara Jitu Menggaet Generasi Muda Mengenal Potensi Bengkulu



Halo!


Kali ini aku mau ceritain pengalamanku minggu lalu berkunjung ke Festival Bumi Rafflesia. Festival ini diselenggarakan sejak tanggal 19-23 Juli 2018 di Sport Center. Kegiatan ini diselenggarakan pemerintah daerah Provinsi Bengkulu dan merupakan rangkaian acara hari jadi Provinsi Bengkulu November mendatang.

Aku tidak punya ekspektasi apa-apa dengan festival ini. You know-lah festival-expo yang pernah dilaksanakan sebelumnya, kemasannya kurang menarik untuk anak muda sepertiku yang weekend-nya lebih suka nongki-nongki cantik di Mall atau mejeng di Pantai Panjang pake baju olahraga (padahal narsis doang hihi). Paling banter isinya booth membosankan yang cuma bagiin flyer default, tulisannya banyak grafisnya menyedihkan. Atau booth jualan, tapi yang dijual kadang ga menarik anak muda.  

Iyalah ngapain juga remaja 20 tahun beli microwave haha.  

So, kali ini akhirnya datang karena liat poster acara ini bagus banget. Iya se-simple itu alasanku buat mampir kesini.

Nih coba bandingkan:

Festival Bumi Rafflesia 2017. Sumber : kumaseo.com

Festival Bumi Rafflesia 2018. Sumber : pariwisata.bengkuluprov.go.id

Festival Bumi Rafflesia ternyata...

Aku akhirnya mengajak Dinda buat mampir ke festival ini. Sekalian lah ya sambil nunggu dijemput. Kami berdua jalan kaki dari Bengcoolen Indah Mall (BIM) ke Sport Center. Kami masuk lewat pintu Selatan, didepan panggung utama yang sedang kosong hari itu (Jumat, 20 Juli). Awal ketemu pintu itu aku kaget.

Eh ini rafflesia?!

Rafflesia raksasa!
Rafflesia raksasa menyambut kami yang ingin masuk kedalam tenda pameran. Di kiri kanan ada spanduk besar berisi keterangan isi pameran INAFAC (Investment, Art, Fashion, Craft & Tourism). Tapi perhatianku cepat teralih oleh bagian dalam pameran yang membuatku terkagum-kagum.

Combo attack, Indahnya Pameran Lukisan dan Pameran Batik Basurek!


Di kiri ada lukisan cantik tentang Bengkulu, di bagian tengah ada hamparan kain batik dan peralatan membatik sementara di kanan ada stan kain batik yang sudah disulap menjadi beragam produk seperti baju, gaun, sarung, selendang.. banyak deh! Ini kalau nggak ditahan Dinda aku udah kalap belanja! Haha.


Pose dulu didepan gapura. Semangat menjelajah pameran satu ini!
Pameran Lukisan

Aku dan Dinda akhirnya memutuskan untuk melihat-lihat lukisan dulu (karena stan toko batik membahayakan dompet!). Kagum banget dengan tangan-tangan kreatif para seniman, bisa menyalin keindahan Bengkulu kedalam kanvas. Ada yang bikin lukisan Rafflesia, ada yang bikin lukisan situs-situs pariwisata di Bengkulu, ada juga yang menggambar budaya Bengkulu. Aku suka banget liat lukisan ini:

Pas dilihat pelukisnya ternyata teman satu kampusku dong! Yang pernah pergi bareng denganku ke Kendari, Sulawesi Tenggara untuk mewakili universitas diacara Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) 2 tahun lalu! Wah keren lah pokoknya, ternyata dia juga ambil bagian di pameran ini.
Pindah ke bagian tengah, ada 'lapangan membatik'? Alias hamparan kain putih yang setengah dibatik dan alat membatiknya. Wew jadi ingat beberapa tahun lalu pas diajarkan membatik saat pelajaran muatan lokal. Apakah sekarang masih diajarkan pada generasi penerus? Waktu itu alatnya terbatas, dua orang satu kompor. Lilin yang masih panas ditorehkan pada kain mengikuti pola batik basurek yang sudah digambar sebelumnya. Karena ceroboh, lilinku sering keluar jalur. Prosesnya lama dan lumayan melelahkan sampai akhirnya kain selesai di batik, tapi puas sekali saat kainnya jadi (setelah direndam pewarna dan dicuci).

Jadi kangen membatik..

Pernah belajar membatik?

Pameran INAFAC

Puas berkeliling dan mengambil foto (ih narsis banget yah), kami mulai berkeliling pameran INAFAC yang ku mention sebelumnya. Pamerannya kembali ke pameran yang biasa kuingat, hiasan standar sesuai dengan instansi yang diwakili, pamflet default yang biasa ditemui pada acara sebelum-sebelumnya, tak ada yang berbeda. Menurutku begitu.

Tapi saat kuperhatikan dengan lebih teliti, beberapa stan menjual produk-produk khas Bengkulu. Seperti sirup kalamansi botolan, kerupuk gurita, bay tat... paling jelas ketika aku dipanggil-panggil adik-adik yang memakai seragam.

"Kak, beli kak, produk kami!"

"Beli satu 12 ribu, beli dua diskon kak 24 ribu saja!"
Semangat jaga stan-nya!
Lah, sama aja dong... 

Adik-adik ini rupanya dari SMK 1 dan mereka dipercayai untuk menjaga stan Dispendikbud.. yang dipamerkan sendiri adalah produk-produk gabungan dari seluruh SMK di Provinsi Bengkulu. Mulai dari produk makanan sampai jasa. Mereka fasih memaparkan keunggulan produk mereka, juga mengajakku mengobrol masalah produk khas Bengkulu yang selama ini kalah saing dengan produk dari luar negeri.
Benar juga sih, daripada membeli produk lokal, generasi muda zaman sekarang lebih senang berburu produk impor yang lagi trending. Padahal, di daerahnya sendiri ada banyak makanan dan minuman yang enak, seperti Kalamansi, Lokan dan Pendap yang dicobakan pemerintah untuk go nasional. Hanya kurang dibagian pengemasan dan promosi saja sebenarnya. Coba kalau anak-anak muda Bengkulu sadar bahwa mereka bisa menduniakan produk daerah, bisa jadi terobosan baru memajukan daerah sendiri, ya kan?

Bikin challenge minum kalamansi, atau bikin pendap level 10, atau animasi lokan Bengkulu?

Ide bagus nih, haha.


Puas berkeliling pameran INAFAC, kami keluar lewat pintu utama. Pintunya juga dihias dengan Rafflesia raksasa. Super sekali desainnya tahun ini.

Kukira rafflesia raksasa sudah cukup membuatku kaget.

Ternyata Pameran Kopi dan Kulinernya Lebih Keren Lagi. 


Matahari sore yang menemani aku dan Dinda berkeliling daerah kuliner ini membuat suasananya makin cantik. Harum kopi dan bau makanan yang sedang dibuat oleh para chef yang berkompetisi menambah semarak suasana.

Kompetisi master chef Bengkulu sedang berlangsung
Aku memberanikan diri untuk mengabadikan momen master-chef lebih dekat. Bahan utama yang dipakai adalah lokan, salah satu produk unggulan Provinsi Bengkulu. Baunya? Hm.. bikin khilaf *Sadar fir kamu cuma pengunjung, bukan juri!*

Agar tidak kelepasan nyolong lokan dari meja penjurian, aku beralih ke jejeran kedai kopi Bengkulu. Bau kopi yang membuat rileks sungguh menenangkan. Oh iya, selain berjualan kopi, para barista juga akan berkompetisi meracik kopi manual pada hari berikutnya. Rasanya seperti bermimpi, mimpi bahwa suatu saat pemerintah akan membawa kopi Bengkulu ke another level, bukan hanya sebagai komoditas ekspor tapi dihargai keberadaannya dan dicintai oleh masyarakat. Festival dan kompetisi ini adalah salah satu cara agar masyarakat kenal dan mencintai kopi Bengkulu.

Mencium bau segarnya, mencicipi lezatnya kopi yang ditanam di tanah kita sendiri.

 
Nggak kalah deh pokoknya dengan kopi sachetan dan kalengan yang kita beli. Semoga kedepannya, kedai-kedai kopi ini bisa menjamur di penjuru Bengkulu, menggantikan teh luar negeri dan menjadi ciri khas Bengkulu selanjutnya.


Tenda untuk menikmati kuliner dan kopi Bengkulu
Setelah lelah berkeliling, aku dan Dinda akhirnya duduk di tenda khusus untuk menikmati kuliner dan kopi. Tenda ini.. duh, membuatku merasa sedang nongkrong di cafe ibu kota. Padahal sederhana saja idenya, menghias dengan daun-daun artificial. Tapi instagramable banget. Yakin deh yang nongkrong disini pasti ada satu foto selfie keren kayak gini :


Konsep Festival Bumi Rafflesia tahun ini aku suka banget. Mulai dari desain posternya, tata letak tenda dan stan pameran yang rapi, main point yang ditonjolkan terlihat jelas (malah bisa dibilang highlight festival), kemampuan panitia buat eksekusi acara dan juga kelancaran acara juga keren banget. Detail lain yang mungkin penting : tidak ada sampah dan didalam tenda pameran sejuk. Nyaman banget buat berkeliling.

Keseluruhan festival ini, dari sudut pandangku yang cuma pengunjung muda biasa, udah keren banget lah, nilainya 9/10, jika dibandingkan dengan festival-festival sebelumnya. Sebagai anak muda aku benar-benar suka dengan detail yang diperlihatkan disini, dan kurasa terobosan yang terjadi pada tahun ini bisa jadi refrensi agar datang lagi tahun depan. Generasi muda harus lebih banyak terlibat dan diupayakan agar dilibatkan, agar festival ini tidak hanya sekedar tempat tongkrongan tahunan tapi juga jadi wadah buat generasi muda mempromosikan produk dan kegiatan lokal.

Kerupuk gurita, buatan anak-anak SMK 7 Kaur
Sayang sekali aku hanya sempat datang pada hari kedua, melewatkan begitu banyak acara seru  seperti Bengkulu Etnic Music Society, Festival Band, Barista Competition serta acara pembukaan dan penutupan yang meriah. Semoga tahun depan dapat kesempatan untuk mengunjungi festival ini tiap hari! Hehe. Ditunggu Festivalnya tahun depan!

Oh iya, ini aku dan Dinda bikin vlog mengenai keseruan Festival Bumi Rafflesia hari Jumat, 20 Juli 2018 alias hari ke-2 Festival. Semoga bisa memberi gambaran lebih luas mengenai festival tahun ini :D




Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog Festival Bumi Rafflesia bersama Blogger Bengkulu dan Cari Bengkulu 

Semoga tahun depan dapat bertemu lagi~