Perpanjang BPJS Untuk Mahasiswa
Pas masih SMA dulu, aku berkhayal seperti ini, nanti setelah umur 21 tahun dan menjadi dewasa, aku pengen tinggal di rumahku sendiri dan punya uang buat hidup mandiri. Aku nggak bakal nyusahin orang tua lagi dan ngasih thr pas lebaran ke anak-anak yang lebih kecil...
But the reality hit me hard, boro-boro tinggal dirumah sendiri, uang saja tidak punya *hiks* Jangankan ngasih uang ke orang tua, aku masih harus bergantung dengan jaminan kesehatan kantor mama.
Well, sudah tahu belum, kalau anak-anak yang berusia 21 tahun keatas itu sebenarnya sudah harus membayar tanggungan jaminan kesehatan sendiri? Usia 21 tahun sudah dianggap dewasa dan dapat membiayai diri sendiri, usia dimana kubayangkan diriku sendiri telah mencapai kemandirian finansial.
Memang ada pengecualian buat anak-anak yang masih aktif kuliah, seperti diriku ini. Hanya butuh surat keterangan aktif kuliah dari kampus masing-masing. Jaminan kesehatan masih dapat ditanggung orang tua sampai usia 25 tahun. Tau banget ya pemerintah kalau ada mahasiswa kayak aku yang sampai se'gede' ini masih disokong orang tua kehidupannya.
Meskipun sudah tau, aku malas banget pergi ke kantor BPJS buat ngurus perpanjangan itu. Padahal aku sudah ditegur petugas BPJS pas berkunjung ke booth BPJS di Festival Pesisir Pantai Panjang Nobember lalu. Waktu itu aku diajari cara menginstall aplikasi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di handphoneku. Petugasnya memperlihatkan bahwa kita bisa mengetahui nomor kartu dan status pengguna.
Belum punya aplikasinya? Duh buruan cek disini |
Tapi aku abai. Entah apa yang ada dipikiranku waktu itu haha. Alhamdulillah aku memang nggak jatuh sakit sepanjang akhir 2018, namun aku kocolongan akhir Januari lalu. Hanya radang tenggorokan dan demam, tapi karena pengen sekalian cek ke dokter, aku malah jadi merepotkan dokter yang jaga. Sesuai peraturan, aku seharusnya membayar biaya dokter dan obat, tapi karena dokternya baik, beliau bilang untuk biaya dokter gratis saja aku hanya perlu membayar biaya obat.
Duh makasih banyak banget dok :') Karena kejadian memalukan itu aku akhirnya mengurus surat keterangan aktif kuliah dari kampus.
Mengurus Perpanjangan BPJS untuk Mahasiswa
Mungkin masing-masing kampus punya aturannya sendiri, tapi dari kampusku sendiri ada beberapa hal yang harus dipersiapkan
- Mengisi formulir surat keterangan aktif kuliah
- Membawa bukti pembayaran UKT dan slip gaji orang tua
![]() |
Contoh surat keterangan aktif kuliah dari kampus |
![]() |
Ramai di kantor BPJS |
Apakah aku harus mengisi formulir juga? hem...
Daripada pusing-pusing, aku kemudian bertanya ke satpam (sebenarnya hampir semua orang bertanya ke satpam haha). Beliau bertanya keperluanku dan melihat surat keterangan yang kubawa.
Lho, kok pak satpamnya keluar sambil membawa surat keteranganku? Apa aku juga harus mengisi formulir seperti orang-orang lain?
Eh ternyata dia menyetop ibu-ibu yang bertanya padanya sebelum aku. Ibu-ibu itu sudah mau keluar, dan pak satpam ingin memperlihatkan contoh surat keterangan aktif kuliah karena ibu tadi bertanya bagaimana cara mengurus perpanjangan BPJS untuk anaknya yang sedang berkuliah di luar kota.
Oalah haha.
Setelah menjelaskan ke ibu itu, pak satpamnya memencet tombol mesin antri, dan nomor antrianku keluar.
![]() |
Ini mesin antrinya. Kayak di bank-bank. Memang harus pak Satpam yang bantu supaya nggak salah antri |
Astaga masih 37 nomor lagi sebelum antrianku sampai!
Mataku menginspeksi sekeliling. Ada monitor nomor antrian dan speaker untuk memanggil nomor antrian selanjutnya. Ada tanda yang jelas untuk toilet dan ruang menyusui. Ada juga tv yang menayangkan mengenai aplikasi JKN. Seriously guys, you all need to install that application. In case ga bawa dompet tapi butuh kartu jaminan kesehatan, kalian bisa langsung buka aplikasi dan memperlihatkan kartu kalian dari aplikasi itu.
![]() |
Apa passwordnya ya |
Aku nggak ingat buat nanya ke satpam. Sorry hahaha my bad.
Sambil menunggu, aku ngecharge baterai handphone lewat laptop. Terus blogwalking. Meskipun dibanner tertulis bahwa pelayanan BPJS hanya membutuhkan 3 menit sampai selesai, namun bagian mengantrinya itu yang membutuhkan waktu paling lama. 3 menit dikali 37 orang didepan antrianku artinya 100 menit lebih, ha-ha. Well, ada lebih dari 3 loket tapi mungkin tidak semua keperluan selesai dalam 3 menit..
Setelah sekitar satu jam lebih menunggu, akhirnya antrianku sampai juga. Petugasnya ramah banget. Beliau hanya memintaku untuk menunjukkan surat aktif kuliah dan kartu jaminan kesehatan yang kupunya. Kemudian petugasnya menginput data tersebut dan menulis sesuatu dalam kartu kecil.
"Perpanjangannya udah diatur ya dek," katanya sambil menyerahkan kartu kecil yang ternyata semacam tanda terima. Disana tertulis bahwa status keanggotaanku diperpanjang selama 1 tahun. Jadi kalau tahun depan masih berkuliah aku harus datang lagi dan memperpanjang.
"Gimana kalau S2 pak, apa masih bisa diperpanjang?" tanyaku penasaran. You know lah, kalau aku masuk koas tahun ini, aku sepertinya masih belum bisa mandiri finansial hehe. Ada sih penghasilan dari freelance nulis blog, tapi uangnya kan nggak menentu :(
"Iya masih bisa selama usia masih dibawah 25," jawab petugasnya.
Setelah mengucapkan terima kasih, aku keluar dengan perasaan lega. Lega karena status jaminan kesehatanku sudah aktif kembali, ahaha. Beda banget emang datang ke klinik/rumah sakit saat punya jaminan kesehatan dan saat nggak punya jaminan kesehatan. Beruntunglah kawan, di Indonesia sekarang sudah memberlakukan sistem gotong royong ini. Datangnya penyakit itu siapalah yang tahu. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha menyiapkan diri agar setidaknya ketika datang kesulitan, kita tidak merasa begitu kesulitan.
Maksudku, cukuplah kita kesulitan karena didatangi penyakit. Jangan pula keluarga atau orang yang mengurusi kita sulit pula saat karena beban biaya.
Jadi, yang belum urus jaminan kesehatannya, terutama mahasiswa yang malas memperpanjang keanggotaannya seperti aku dulu, URUS SECEPATNYA.
3 komentar