Pentingnya Peran Broker Asuransi untuk Mengelola Risiko Perusahaan Startup di Indonesia
Perusahaan startup di Indonesia semakin menjamur, terutama di industri kreatif dan digital. Hal ini sejalan dengan pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Rudiantara yang mengatakan bahwa ekonomi digital di Indonesia akan mencapai U$ 130 miliar atau setara dengan Rp1.831 triliun pada 2020 mendatang. Namun dari sekian banyak startup yang berdiri, ternyata 90%-nya mengalami kegagalan.
Salah satu penyebab utama kegagalan tersebut adalah kurangnya penanganan dan antisipasi terhadap berbagai kemungkinan risiko yang timbul ketika menjalankan usaha. Bisnis rintisan memang memerlukan perhatian khusus dan penanganan yang cermat. Bahkan, diperlukan skema pengelolaan risiko usaha yang bisa diimplementasikan oleh para pebisnis startup.
Manajemen risiko yang perlu diperhatikan dalam mengelola bisnis startup adalah pengelolaan terhadap ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, rangkaian aktifitas manusia, pengembangan strategi, dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan maupun pengelolaan sumberdaya.
Risiko yang dihadapi
Beberapa risiko yang kerap kali dihadapi para pelaku bisnis startup biasanya:- Risiko produk, pastikan dulu apa yang ingin dijual karena sangat berkaitan erat dengan permintaan pasar.
- Risiko pasar, setelah mengetahui produk apa yang ingin dijual, tentukan pasar yang cocok untuk produk yang telah dibuat. Risiko ini bisa terjadi jika produk terlalu terburu-buru untuk dijual ke pasar sedangkan operasional belum siap.
- Risiko modal, buatlah anggaran yang sesuai dan cermat terhadap modal yang dimiliki. Jangan sampai modal habis padahal produk belum siap dilempar ke pasar.
- Risiko tim, kolaborasi adalah inti dari sebuah tim. Tidak jarang dalam sebuah tim ada pihak yang memaksakan kehendaknya demi tercapai tujuan sendiri. Hal ini tentu menjadi ganjalan terhadap berjalannya tim dalam sebuah startup.
Risiko eksekusi, kerucutkan ide yang dimiliki. Matangkan ide agar berjalan sesuai dengan konsep dasar utama. - Risiko cyber, bisnis saat ini mengandalkan teknologi internet untuk berbagai layanan seperti pemasaran online, fungsi administrasi, manajemen inventaris, pemrosesan transaksi finansial secara online, dan kontrol distribusi. Jika terjadi serangan cyber, selain timbul biaya pemulihan atas sistem teknologi dan informasi, juga dapat muncul kemungkinan biaya tuntutan hukum yang mahal, serta kebutuhan ahli investigasi teknologi informasi yang jumlahnya masih sedikit di Indonesia.
Penanganan Risiko
Dengan berbagai risiko yang ada pada startup, sebaiknya hindari dengan membuat perencanaan penanganan risiko sejak dini dengan melakukan manajamen risiko yang baik. Salah satu caranya adalah dengan memiliki asuransi untuk meminimalisir kerugian secara finansial. Produk asuransi terbaik dapat memberikan manfaat proteksi yang diberikan, premi yang terjangkau, dan kemudahan dalam proses klaimUntuk mendapatkan asuransi bisnis yang tepat, disarankan pengusaha startup menggunakan broker asuransi dan konsultan manajemen risiko. Broker asuransi akan membantu mulai dari identifikasi risiko terhadap perusahaan startup Anda terlebih dahulu, dan kemudian memberikan paket asuransi yang beragam dari berbagai perusahaan asuransi yang bekerjasama dengan perusahaan broker asuransi.
Apalagi melihat temuan demografi dari MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi) yang menunjukkan data 69,20 persen para pendiri startup merupakan generasi Y, mereka yang lahir pada periode 1981-1994. Sehingga, menggunakan perusahaan broker asuransi yang telah berpengalaman di Indonesia merupakan keputusan tepat untuk meminimalisir kerugian terhadap berbagai risiko yang dapat terjadi.
Posting Komentar