Quit Caffeine 2021

 


Hola! Balik lagi ke postingan ringan ala-ala.. mumpung libur haha

Sudah hampir tahun baru. Kurang seminggu lagi. Tahun ini lewat tanpa terasa.. kurang lebih karena adanya si coronce yang nyebelin. Tahun yang diantisipasi banyak orang termasuk diriku jadi tahun yang ga terbayang... buruknya. Bukan cuma cita-cita yang tak bisa tercapai, tapi juga jalan untuk mencapai cita-cita itu juga tidak dapat dijalani karena coronce. Malesin banget. 

Anyway, aku mau ngomongin tentang rencana perpisahanku dengan salah satu best friend di tengah pandemi.. kopi. 

Kami sudah berteman sejak 2018, tapi akrab banget di pertengahan tahun 2019. Awalnya tu aku sedang suka-sukanya nyari green tea dimana-mana. Green tea atau matcha, keduanya enak banget. Kemudian karena sering jajan, malah nyicipin kopi dan terasa asik. Mungkin kerja di Dcoffein juga jadi faktor utama kecanduanku.. karena pasti kesana tiap minggu dan kalau datang ga mungkin ga ngopi. Apalagi kopi dcoffein enak-enak kan? 

 


 

Nah-nah, karena kebiasaan inilah aku jadi pecinta kopi. Kadang kalau ke dcoffein, beli satu buat diminum dirumah. Kalau lagi males ke BIM, nyari tempat nongkrong lain. Mau sendiri atau bareng teman, selalu ke kedai kopi. Apalagi tahun 2019 lagi banyak-banyaknya tempat minum kopi bermunculan. Di setiap tempat ada.. cuma didekat rumah aja yang nggak ada wkwk (thankfully). Nah kalau lagi bokek, pasti ketarik ke warung/swalayan buat beli kopi kotakan. 

Yes yes I'm that addicted. Mungkin nggak setiap hari, tapi kayaknya ga pernah lebih seminggu putus. Pasti besoknya atau lusa balik kepikiran mau minum kopi apa lagi. 

Its not healthy, I know. Tapi kafein itu bukan cuma minuman tapi punya efek stimulan juga. Semakin sering dikonsumsi, semakin ada efek withdrawalnya. Susah keluarnya. Beberapa orang mungkin merasakan nyeri kepala, rasa cepat lelah, sulit konsentrasi, mual, iritabilitas dan nyeri otot. Buatku yang paling susah itu ya sulit konsenstrasi. Kepikiran mulu guys! Padahal duit di dompet ga seberapa. Parahnya lagi seleraku itu udah kayak selera orang kaya (padahal ga kaya wkwk), nggak suka kopi instan atau kopi bikinan rumah. 

Apalagi aku sering insomnia. Well sekarang ga insomnia sih karena di stase PDL aku belajar bangun pagi (lebih tepatnya tidur jadi ga nyaman karena kepikiran mesti datang pagi), tapi sering terasa detak jantung ireguler. Kayak ya, tiba-tiba aja lub-dub-lub-dubnya lain. Kerasa, dan karena aku memang lagi latihan supaya menguasai pemeriksaan itu, jadi lebih sensitif gimanaaa gitu. Bisa jadi cuma sindrom anak kedokteran, apa aja yang dipelajari kayak dirasakan semua. Tapi lebih baik ambil tindakan pencegahan, kan

Selama di stase ini, aku sudah banyak liat pasien dengan gagal ginjal kronik. Kondisi dimana ginjalnya sudah tidak bisa lagi diselamatkan dan tubuh butuh bantuan hemodialisa untuk mencapai kadar ureum dan kreatinin normal.. supaya nggak terjadi gangguan. Kejadiannya bukan cuma di orang tua saja, bahkan orang diusia 20-30an tahun. Hemm

Bukannya aku mau bilang kopi itu jahat dan kopi itu menyebabkan gagal ginjal. Cuma frekuensinya itu lho yang harus dikurangin. Jangan sampai dikemudian hari aku nggak bisa minum kopi cuma gara-gara seminggu bisa 10 kali ngopi. Aku masih mau ngopi, tapi pertama-tama aku butuh detoksifikasi dulu, ngilangin kebiasaan mikirin kopi. 

Pengennya sih bikin reward tiap bulan, tapi aku juga belum yakin bisa full 30 hari puasa kopi. Jadi kita liat dulu nantinya gimana, wuehehehe. Namanya juga rencana ya kan saudara-saudara!

Baca postingan menyambut tahun baru 2020 disini