2021 recap
--This is probably the first post I made in 2021. Well, memang ada beberapa postingan yang di post, tapi iklan, to keep this blog going. Tidak untuk ditiru yah 😌
How are u guys doing guys?
(P.S: karena udah lama nggak nulis, tolong dimaklumi ke-canggungan ini. I wish I could write more in the future)
2021 adalah tahun yang buruk. Aku kehilangan beberapa orang yang kuanggap berharga. Ingin sekali kutuliskan semuanya disini, tapi mungkin kalau sekaligus, tulisannya jadi panjang banget. Yang paling berat ya, kehilangan Abah. Nggak bakal pernah bisa ketemu lagi. Tiba-tiba mama jadi single parent dan mobil nggak ada yang pakai. Tiba-tiba semuanya jadi suram.
Abah pergi setelah sakit selama sebulan, memberatnya 2 minggu terakhir. Abah dirawat di RS Bhayangkara, dengan pertimbangan aku sedang koas disana, stase bedah. Aku tidak tahu apakah itu keputusan yang baik atau buruk, sampai sekarang kepalaku masih dipenuhi dengan hal itu. Kalau aku ambil cuti saja dan memperhatikan abah, apa mungkin kejadiannya bakal berbeda?
Its been hard for us, but the ones who still lives have to keep move on.
Kekhawatiran terbesarku setelah abah nggak ada, tentu masalah keuangan. Mama masih bisa handle semuanya, tapi apa yang harus kulakukan sebagai anak tertua? Sekolahpun belum lulus. Orang-orang banyak bertanya kapan aku lulus, karena memang jika dipikir-pikir aku memulai kuliah pada tahun 2014, tapi sampai sekarang belum jadi dokter juga. Belum berguna. Masih jadi beban, apalagi tiap bayar UKT, masih yang paling besar.
Rasanya pengen drop out, haha.
Ya untungnya ada teman yang berbaik hati memberi tahu lowongan kerjaan yang bisa dikerjakan seorang koas masa pandemi (alias koas yang belum dapat jadwal jaga). Mengorbankan waktu tidur ajalah pokoknya, tidak begitu berat. Aku jadi bisa pake uang sendiri buat jajan dan menabung sedikit-sedikit.
Tapi tahun depan, aku masih ada stase anak dan obgyn, yang ada jadwal jaganya. Masih bisa sambil kerja tidak ya?
Jadi teringat, pas bedah dulu kan sebelum ke bhayangkara sempat mengikuti salah satu dokter, kemudian setelah bhayangkara, mengikuti beliau lagi untuk ujian long case. Hitungannya sebelum ke bhayangkara aku masih giat belajar, dan setelah bhayangkara aku sudah mulai kerja part-time. Membekas banget komentar beliau setelah aku ujian,
"saya itu bingung dengan kamu, kamu itu pintar, kenapa sekarang jadi bodoh kamu."
Aku cuma diam aja. Seharusnya nggak begitu.
Yah jadi catatan banget sih, kalau disini nggak boleh terlalu hanyut dalam emosi dan harus terus belajar. Karena part-timenya itu pilihan, jadi effortnya harus lebih besar juga. Harus tetap belajar, karena fokus nomor satu itu selesai koasnya.
Hhh, terus belajar ya. Semangat semuanya yang milih masuk kedokteran, haha.
Posting Komentar